Pages

Sunday, January 23, 2022

PERASAAN

 

Surat untukmu ...

Terkadang bingung siapa yang salah ataupun yang disalahkan, ketika suatu pembicaraan berujung pada rasa sakit. Dalam hirup pikuk obrolan dengan teman, ada saja tingkah lakunya yang membuat kita tak bisa berkata apa-apa.

Lalu aku berpikir, dia beneran teman atau bukan ya ???

Tidakkah kamu berpikir, apa yang kamu ucapkan itu menyakitkan hatiku.

Oke, mungkin kita tak sefrekuensi sekarang, tapi please lah... Kan kamu teman aku, pahami sedikit perasaanku. Tapi sejenak aku berpikir lagi, apa egoku ini yang memunculkan pikiran-pikiran 'bahwa aku yang harus dipahami'. Lalu mereka ? tak perlu dipahamikah ?

Sampai rasanya aku berpikir 'apa aku keluar saja dalam lingkaran pertemanan ini?'. Sesakit itu.

Huuhhh... aku hanya bisa tarik nafas dan berkata "It's okay but I'm not ok"

Saturday, February 8, 2020

AYAH

Kalian pernah nggak sih kesel atau marah dengan ayah kalian ?. Kalau kalian pernah ngerasa seperti itu, coba deh tengok kebelakang apa yang menjadi alasan seorang ayah seperti itu. 

Kalian tau tidak dari marahnya, capenya, lelahnya seorang ayah itu semata mata untuk keluarganya. Kita saja sebagai anak yang tidak bisa mengerti perasaan ayah yang begitu keras kepada kita. Oke beliau terlalu overprotektif, mimpi mimpi dan kemauan kita terhalang oleh larangan larangannya yang menurut kita itu masih hal wajar. 
Tapi eits.. dont jugde father like that, karena coba kamu liat kebelakang masa lalu ayahmu. Mungkin saat beliau kecil tidak ada yang memperhatikannya, tidak ada yang menasihatinya, tidak ada yang melarangnya. Sehingga masa kecilnya membuat beliau trauma jika anaknya kelak akan seperti itu. 
Makannya beliau curahkan semua sikapnya kepada anaknya agar tidak mengalami apa yang beliau rasakan. Jangan liat beliau sekarang, coba mundur beberapa tahun kebalakang. Siapa yang mengorbankan waktunya, tenaganya, pikirannya untuk mencari nafkah agar anaknya bisa sekolah setinggi mungkin. Siapa yang sakit sakit harus turun kelapang untuk mencari rezeki, Itu adalah ayah. 
Itulah cara beliau mencintai anak dan istrinya, memang tidak semua ayah sekaku itu. Tapi semua ayah punya karakternya masing-masing. 
Sekarang sebagai anak, kita harus bisa menghormati, menghargai, menyayangi, merawat ayah kita dengan tulus dan iklas, karena semua pengorbanannya tidak akan pernah bisa kita balas. 
Terimakasih untuk Ayah, Bapak, Papah, Abi, Apa terhebat kami :)

Sunday, January 27, 2019

Membaca itu Hobi atau Kebutuhan?



(Anak-anak sedang membaca di salah satu tama di Kota Bandung)

Buku adalah jendela dunia pepatah ini memang benar adanya. Kenapa? karena semua informasi yang kita butuhkan terdapat pada kertas kertas kusam dengan aroma yang menyengat dihidung ketika dibuka, dibungkus rapih oleh sampul yang tertimbun debu dalam kolom-kolom rak sebuah perpustakaan. Tapi buku sebagai sumber informasi ini jarang tersentuh oleh manusia. Apa kami sudah lupa caranya membaca? atau kami sudah tidak butuh buku lagi?. Jika kita masuk kedalam perpustakaan atau toko buku banyak sekali buku-buku yang berjajar rapih, tapi pengunjungnya sangat sedikit.
Pada dasarnya manusia itu adalah makhluk yang penasaran akan suatu hal. Untuk memuaskan rasa ingin taunya itu diperlukanlah membaca. Membaca buku itu tidak perlu dari hal-hal yang berat. Pertama dari hal yang kita sukai saja dulu, atau dari hal benar-benar kita ingin tau. Pasti kita ingin membaca informasi itu walaupun hanya satu atau dua lembar. Itu awal yang baik untuk menumbuhkan minat baca. Selanjutnya kita akan menemukan titik yang menyenangkan dalam membaca sehingga membaca bukan sebagai hobi sebagian orang saja, tetapi membaca adalah kebutuhan setiap orang.
Kita ambil contoh, pada saat kita diberi PR oleh guru di sekolah, untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut kita mau tidak mau pasti akan membaca walaupun buku bacaannya adalah buku pelajaran, tapi itu juga merupakan kegiatan membaca bukan?. Contoh lainnya kita penasaran kenapa sih bisa terjadinya tsunami atau bencana bencana lainnya. Nah, pasti kita baca buku yang terkait dengan awal mula terjadinya tsunami atau bencana lainnya. 
Pemerintah sudah mengencarkan minat baca masyarakatnya dengan menyelenggarakan perpustakaan desa, taman bacaan, bazar buku dll. Tinggal kita sebagai generasi muda yang memanfaatkan fasilitas itu sebagai bekal kita mewujudkan indonesia cerdas. Coba kita lihat negara-negara maju yang minat bacanya tinggi. Mereka menjadikan buku adalah sumber utama dalam mendapatkan informasi. Pada saat mereka makan, menunggu kereta, saat bosan, mereka mengisi waktu dengan membaca. Coba kita ikuti jejak positif dari negara maju itu, daripada kita ngobrol ngalor ngidul lebih baik kita baca buku dan jangan baca hanya satu buku saja. Kita baca berbagai referensi agar wawasan kita luas. Jangan jadikan buku adalah sesuatu yang kuno pada zaman yang serba canggih ini. Tapi, jadikanlah buku sebagai jendela dunia, agar kita tidak tertipu oleh gemerlapnya dunia.


Membaca membuat kita banyak tau akan hal yang sebelumnya kita tidak ketahui.
Yuk baca buku mulai dari sekarang :)
Salam literasi

Thursday, August 9, 2018

PERBEDAAN

Wah.. udah 1 bulan lebih nggak nulis.
Hari ini aku bakalan bagi kisah tentang suatu perbedaan.
Besok aku bakal melihat suatu kebudayaan yang berbeda dengan tempat tinggalku sekarang. Yaps 10 hari mendatang aku akan stay di Majalengka. Tempat yang pertama kali aku kunjungi dalam waktu lama. Tapi hari ini aku bukan bahas tentang tempat tersebut. Aku akan bahas mengenai perbedaan setiap individu.
Kalian pasti punya temankan? Mau di dunia maya ataupun di dunia nyata. Empat hari yang lalu aku dikumpulkan dalam suatu kelompok yang terdiri dari berbagai macam orang yang berbeda-beda. dalam waktu 10 hari kedepan aku akan bersama dengan mereka semua. Saat kami semua bertemu perbedaan itu sudah muncul, dari berbeda pendapat, watak dan sifat setiap individunya. Tapi ada yang terlihat sama dari kami, kami sama-sama makan nasi hehe.
Makanan, minuman kami sama. Apa yang menyebabkan kami berbeda? menurutku kebudayaan atau kebiasaan kami yang membuat perbedaan itu terasa. Kebudayaan bisa terlihat dari daerah tempat tinggal, bagaimana karakter kebudayaan atau lingkungan disana bisa membentuk karakter seseorang. Lalu, kebiasaan juga bisa membentuk karakter yang berbeda. Setiap orang punya kebiasaan yang berbeda. Ada yang suka bangun siang, ada yang suka bergadang dan lain lain. Karena itulah kami berbeda.
Tapi apakah perbedaan itu jelek?, tentu tidak. Perbedaan ini menimbulkan banyak warna. menurutku bagus, karena jika semua orang sama dijamin dunia ini aku sepi dan datar, tidak ada dinamikanya. Perbedaan itu bagaikan warna, mempunyai cirinya tersendiri. Masing-masing warna ada yang lebih dominan ataupun tidak. Tapi warna itu jika disatukan dengan baik dan indah akan membentuk pelangi yang indah. Jangan sampai warna tersebut menjadi keruh dan tidak bisa dipandang.
Jadikan perbedaan itu sebagai nikmat yang telah Tuhan berikan. Bersyukurnya kita bisa bertemu dengan berbagai macam orang. Bahkan kitapun bisa belajar banyak dari mereka. Kamu setuju atau punya pendapat lain?
Untuk selanjutnya jangan lupa baca tulisanku mengenai hari-hariku di kota angin, Majalengka.

Saturday, June 30, 2018

Jangan Sakiti Kami!

Gemericik air itu membuat aku tenang dan rasanya sejuk, ikan-ikan yang sedang berenang membuat aku merasa berada di alam luar. Padahal itu semua hanya suatu kolam buatan manusia. Tersentak aku berpikir, bagaimana perasaaan ikan-ikan yang ada dikolam itu. Bagaimanakah mereka hidup disana?. Tak seperti kawan-kawannya yang hidup dialam bebas yang bisa berenang dengan jauh. Ikan-ikan dikolam ini hanya bisa berenang dengan  kolam berukuran 2 x 2 meter. Itu hanya sebagian binatang yang biasanya dipelihara manusia. Bagaimana kehidupan hewan lainnya?. 
Saat itu aku sedang mengendarai motor hendak pergi ke suatu tempat, ditengah macetnya oleh kendaraan tak sengaja aku melihat seekor kucing tua berjalan, ia tampak lusuh dan berdebu. Badannya penuh luka, bulunya pun rontok. Miris melihatnya, tak berselang berapa lama aku pun melihat kucing itu disiram oleh seseorang didekat toko tersebut. Entah apa yang dilakukan kucing itu, aku tak sempat melihat. Tapi rasanya aku ingin berteriak.
Tak malukah dan merasa bersalahkah kita kepada Sang Pencipta dari segala mahluk yang ada di bumi ini?. Mengapa kita harus berbuat sejauh itu kepada sesama mahluk ciptaan-Nya ini. Padahal jika dilihat kucing itu sudah renta tak berdaya, ia berharap akan ada manusia yang memberinya sedikit makanan agar bisa hidup. Tapi manusia ini terlalu egois dan terlalu angkuh. 
Pikirku hewan-hewan ini juga memiliki rasa atau insting, mereka juga senang ketika disayang, waspada jika ada yang menyerang. Kalau kita bisa mengerti bahasa mereka, banyak yang ingin mereka katakan. JANGAN SAKITI KAMI!. Jika kita tidak suka terhadap suatu hewan, tak usah membencinya apalagi membunhnya. Melihatnya seperti butiran debu yang tidak ada artinya. Padahal setiap hewan yang diciptakan oleh Allah SWT mempunyai manfaatnya masing-masing, baik yang kita rasasakan secara langsung maupun yang tidak langsung. 
Sayangilah mereka, kelak merekapun akan menyayangi kita. Dengan cara mereka sendiri.
Tapi aku bersyukur masih ada orang-orang yang peduli terhadap hewan dengan melindunginya, menyayanginya bahkan beberapa hewan sudah dilestarikan agar tidak terancam punah.


Hai manusia...
Terlihat hinakah aku didepanmu?
Hingga kau begitu kejam kepadaku
Badanku yang sudah renta, lusuh, dan penuh luka
Tak kasihankah kalian kepadaku?
Kau siksa aku...
Seperti benda yang tak punya perasaan
atau memang kau tak pernah anggap kami hidup
Ingin kami berteriak
Ingin kami menangis
Kesakitan dalam pedih yang cukup dalam
Melihat ulah kau terhadapku dan kawan-kawanku
Jangan sakiti kami...
Jangan sakiti kami...
Biarkanlah kami hidup...

Friday, June 29, 2018

Mahasiswa dan Perubahan

Kemarin aku bertemu sahabat yang sudah lama tak pernah kujumpai. Bersama mereka aku tertawa canda mengenang masa lalu. Biasanya kalau ketemu teman lama kita ngobrol-ngobrol nggak jelas gitu. Tapi kali ini beda, suasana baru telah hadir. Kita tak sekedar ngobrol ngalor-ngidul yang nggak jelas lagi. 
MAHASISWA, itu yang menjadi bahasan kami. Ini hanya sekedar opini dari seseorang yang ada jauh disana. Siapa yang tak kenal dengan sebutan mahasiswa. Dulu masyarakat mengenal mahasiswa dengan pergerakan 1998. Begitu hebatnya. Tapi aku miris melihat sekarang, begitu pula dengan diriku saat ini. 
Dulu saat awal-awal perkuliahan, kupikir mahasiswa itu kerjanya, ya dapet nilai sebagus mungkin. ternyata itu TIDAK. Pandangan ku sempit saat itu, hanya melihat secara garis lurusnya saja. Telatnya aku, aku baru sadar sekarang-sekarang. Mahasiswa itu harusnya mengabdi kepada masyarakat. Lalu apa yang telah kamu lakukan sebagai mahasiswa untuk masyarakat sekelilingmu?, itu pertanyaan besar yang terus ada dalam pikiranku. Mau menjadi mahasiswa kupu-kupu, mahasiswa kunang-kunang, ataupun mahasiswa kura-kura itu semua menjadi pilihan pribadi masing-masing, karena dari setiap pilihan itu ada risikonya masing-masing. 
Tapi tak sayangkah waktuku di dunia yang tidak banyak ini dilakukan dengan hal-hal yang gitu-gitu aja. Akupun tersadar ketika umur tak ada seorangpun yang tau, terus amal yang akan dibawa mati hanya segini-gini aja. Terus dalam hidupku tak ada perubahan yang bermanfaat bagi orang lain. 
Ohh tidak... sungguh aku sangat rugi
Tapi temanku berkata "dengan kamu telah menyadari itu setidaknya ada perubahan dari dirimu", dan akupun mulai berpikir bagaimana aku akan beraktivitas setiap harinya agar bermanfaat minimal bagi  diri sendiri dan orang-orang sekitar. Jika kita ingin berubah mulailah dari sekarang, jangan dinanti-nanti.
Mari kita buat perubahan sekarang juga!


Senja telah tiba
Tapi aku masih terdiam dan membisu
Meratapi diri ini
Cukup...
Sungguh rugi diri ini
Hanya melihat tanpa berjalan
Pintar mengkritisi tanpa bertindak
Perubahan...
Itu yang harus kulakukan
Berjalan walupun sedikit tertatih-tatih
Bertindak walaupun itu penuh risiko


PERASAAN

  Surat untukmu ... Terkadang bingung siapa yang salah ataupun yang disalahkan, ketika suatu pembicaraan berujung pada rasa sakit. Dalam hir...